Mengenal DBD dan Corona Virus
2020-01-28
Jakarta, Bertepatan dengan hari gizi nasional RSUD Kalideres mengadakan penyuluhan kesehatan mengenai penyakit Demam Berdarah (DBD) dan penyakit yang sedang populer di awal tahun ini yaitu corona virus. Penyuluhan ini dibawakan oleh dokter internship RSUD Kalideres dokter Jessica Wulansari dan dilaksanakan pada ruang tunggu klinik rawat jalan RSUD Kalideres. Seperti yang kita tahu memasuki musim penghujan merupakan musim yang rentan dengan penyakit DBD. Demam Berdarah atau DBD merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Daur hidup nyamuk aedes aegypti tergolong singkat, nyamuk aedes aegypti hanya memerlukan waktu 10 hari untuk tumbuh dari telur hingga menjadi nyamuk. Ciri-ciri nyamuk aedes aegypti adalah berbadan kecil berwarna hitam dan berbintik putih. Nyamuk aedes aegepti berkembang biak pada lingkungan atau tempat penampungan air jernih, nyamuk aedes aegypti tidak dapat berkembang biak di tempat yang keruh seperti selokan atau kolam yang berhubungan dengan tanah. Nyamuk aedes aegypti biasanya mengigit pada pagi atau sore hari, nyamuk ini mampu terbang hingga ketinggian 100 meter dan beristirahat di tempat gelap dan lembab. DBD harus kita waspadai dikarenakan perjalanan penyakitnya yang cepat dan dapat menimbulkan kematian dalam waktu cepat jika tidak tertangani dengan baik. Tanda Bahaya DBD menurut dokter Jessica adalah Pada fase afebris klinis tidak ada perbaikan atau memburuk, tidak mau minum, Muntah terus menerus, Nyeri perut hebat, Letargi atau gelisah, perubahan perilaku, Perdarahan (mimisan) , muntah & BAB hitam, menstruasi berlebihan, urin berwarna hitam ( hemoglobinuria ) atau hematuria, pusing, pucat, tangan hingga kaki teraba dingin, BAK berkurang dalam 4-6 jam. Pencegahan DBD dapat dilakukan dengan cara melakukan fogging pada kawasan perumahan terutama tempat lembab dan gelap yang disukai nyamuk aedes aegypti, penggunaan bubuk abate juga bermanfaat untuk membunuh jentik nyamuk aedes aegypti, melakukan gerakan 3M plus yaitu gerakan mengubur benda bekas, menutup penampungan air, menguras tempat penampungan air, dan gunakan obat nyamuk atau lotion anti nyamuk serta penggunaan kelambu di saat tidur.
Materi penyuluhan yang selanjutnya dibawakan oleh dokter Jessica Wulansari adalah mengenai penyakit yang sedang diperbincangkan hangat di awal tahun ini yaitu corona virus. Corona Virus (2019-nCoV) merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit ringan hingga berat, seperti common cold atau piluk dan penyakit serius seperti MERS dan SARS. Untuk 2019-nCoV masih belum jelas penularannya, diduga dari hewan ke manusia karena kasus yang muncul di Wuhan, China semua memiliki riwayat kontak dengan pasar hewan Huanan. Corona virus dapat menyebabkan penyakit mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS-COV) dan sindrom pernapasan akut parah (SARS-COV). Sebagian coronavirus bersifat zoonotic yaitu penyakit pada hewan yang dapat menular ke manusia. Sejak 8 Desember 2019 hingga pertengahan Januari 2020 terdapat 59 kasus diidentifikasi di daerah Wuhan dan total terdapat 278 kasus di China. Tanda-tanda umum dari corona virus adalah adanya infeksi termasuk gejala pernapasan, demam, batuk, sesak napas dan kesulitan bernapas. Pada kasus yang lebih parah, infeksi dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, bahkan kematian. Tindakan pencegahan yang dapat kita lakukan adalah dengan sering mencuci tangan dengan air dan sabun selama minimal 20 detik. Jika tidak tersedia sabun dan air gunakan cairan sanitasi yang berbahan dasar alkohol, kemudian menutup mulut dan hidung ketika batuk dan bersin (etika batuk), menghindari kontak dengan hewan baik hewan hidup maupun mati, pasar hewan, dan produk yang berasal dari hewan yang tidak matang pada daerah yang terkonfirmasi corona virus. Jangan lupa untuk melengkapi status imunisasi terutama vaksin terkait pneumonia seperti DPT, HIB, campak, PCV, dan influenza.